PENDIDIKAN ANAK DIMULAI DARI
RUMAH
Khutbah Pertama:
إِنّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ
مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ
لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ
أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى
مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا
اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا
رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ
مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ
وَاْلأَرْحَامَ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا
اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ
ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا
بَعْدُ
…
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ
كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ،
وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً،
وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Ma’asyiral
muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah.
Kami mengajak
kepada semua jamaah, marilah kita semua meningkatkan takwa kepada Allah ‘Azza
wa Jalla. Bekal takwa inilah yang akan menyelamatkan kita dari siksa neraka.
Karena tidak ada yang akan selamat dari neraka, kecuali orang-orang yang
bertakwa.
ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ
اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا
“Kemudian Kami
akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang
zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.” (QS. Maryam: 72)
Kaum muslimin
yang berbahagia.
Islam agama yang
sempurna, sangat memperhatikan pertumbuhan generasi. Untuk itu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan kita agar memilih istri
shalihah, penuh kasih sayang dan banyak keturunannya. Dari istri yang shalihah
ini, diharapkan terlahir anak-anak yang shalih dan kokoh dalam beragama.
Sehingga Islam menjadi kuat, dan orang-orang yang membenci Islam menjadi
gentar. Demikianlah, ibu memiliki peranan yang dominan dalam membangun pondasi
dan mencetak generasi, karena dialah yang mendidik anak-anak dalam ketaatan dan
ketakwaan kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Perhatian
lainnya yang Islam tunjukkan terkait dengan pendidikan anak yaitu Rasulullah
menganjurkan agar orang tua memberi nama yang baik terhadap anak-anaknya. Suatu
nama akan turut memberi pengaruh terhadap anak. Sehingga banyak riwayat yang
menjelaskan Rasulullah merubah beberapa nama yang tidak sesuai dengan Islam.
Kedatangan Islam
dalam mendidik ini, juga bisa dikaji dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam, ketika anak menginjak usia tujuh tahun, hendaklah kedua orang tua
mengajarkan dan memerintahkan anak-anaknya untuk melakukan shalat. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ
وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ، وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ،
وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
“Perintahkanlah
anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berusia tujuh tahun,
dan pukullah mereka bila pada usia sepuluh tahun tidak mengerjakan shalat,
serta pisahkanlah mereka di tempat tidurnya.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Perintah
mengerjakan shalat berarti juga mencakup hal-hal yang berkaitan dengan shalat.
Misalnya, tata cara shalat, tata cara wudhu, dan hukum shalat berjamaah di masjid
bagi anak laki-laki, hasilnya pun anak-anak akan mengenal dan dekat dengan
sesama kaum muslimin.
Adapun pukulan
pada anak, Islam memperbolehkan para orang tua untuk memukul jika anaknya
enggan melaksanakan shalat. Tetapi yang harus diperhatikan, pukulan tersebut
adalah pukulan dalam batasan-batasan mendidik, bukan pukulan yang membahayakan
lagi emosinal, bukan juga pukulan permainan sehingga tidak menimbulkan efek
jera pada anak.
Namun kita lihat
pada masa ini, pukulan sebagai salah satu metode mendidik, banyak ditinggalkan
orang tua. Dalih yang disampaikan, karena rasa sayang kepada anak. Padahal rasa
sayang yang sebenernya adalah diwujudkan dengan pendidikan. Dan salah satu
metode pendidikan adalah dengan memukul sesuai dengan kadar dan ketentuannya
saat anak melakukan pelanggaran syariat yang layak diberi hukuman dengan
pukulan.
Rasulullah juga
memerintah para orang tua supaya memisahkan tempat tidur anak-anak yang telah
memasuki usia sepuluh tahun. Maksud pemisahan ini, menjaga norma-norma hubungan
antara saudara laki-laki dan perempuan karena dalam hal tertentu ada
kebiasaan-kebiasaan alamiah dan tingkah laku perempuan yang dia enggan apabila
dilihat oleh laki-laki, demikian juga sebaliknya.
Oleh karena itu,
dalam Islam, orang tua bertanggung jawab terhadap anak-anak mereka saat mereka
tidur, apalagi saat mereka terjaga, mereka keluar rumah, bergaul dengan
lingkungannya. Orang tua harus memperhatikan anaknya, menjauhkannya dari
pergaulan buruk dan tidak benar. Pendidikan tidak hanya terjadi pada saat
mereka berada di rumah, namun juga ada perhatian lainnya yang bisa diberikan
orang tua tatkala anak-anaknya berada di luar rumah. Hendaknya orang tua
mengetahui kemana dan dengan siapa anak-anaknya bergaul. Orang tua adalah
pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.
كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ
مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian
adalah orang yang memiliki tanggung jawab. Setiap kalian akan dimintai
pertanggung-jawabannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ma’asyiral
muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Kebaikan anak
menjadi penyebab kebaikan khususnya bagi orang tua dan keluarganya, dan secara
umum untuk kaum muslimin. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berabda,
إِذَا مَاتَ إِبْنُ آدَمَ
إِنْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلاَثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ, أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ
بِه, أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ
“Apabila manusia
meninggal dunia, terputuslah segala amalannya, kecuali dari tiga perkara; shadaqah
jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang mendo’akannya.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu,
keberhasilan pendidikan seorang anak dengan kebaikan dan ketaatannya, memiliki
manfaat dan pengaruh yang besar bagi para orang tua, baik ketika masih hidup
maupun sudah meninggal dunia. Ketika orang tua masih hidup, sang anak akan
menjadi hiburan, kebahagiaan dan penyejuk hati. Dan ketika orang tua sudah
meninggal dunia, maka anak-anak yang shalih senantiasa akan mendoakan,
beristighfar dan bershadaqah untuk orang tua mereka.
Sebaliknya,
betapa malang orang tua yang anaknya tidak shalih dan durhaka. Anak yang
durhaka tidak bisa memberi manfaat kepada orang tuanya, baik ketika masih hidup
maupun saat sudah meninggal. Orang tua tidak akan bisa memetik buahnya, kecuali
hanya kerugian dan keburukan. Keadaan seperti ini bisa terjadi jika para orang
tua yang tidak memperhatikan pendidikan anak-anaknya.
Salah satu
contoh dalam pendidikan yang benar, yaitu hendaklah para orang tua bersikap
adil terhadap semua anak-anaknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengingatkan kita,
فَاتَّقُوْا اللهَ وَاعْدِلُوْا
بَيْنَ أَوْلَادِكُمْ
“Maka
bertakwalah kalian semua kepada Allah dan berbuat adillah kepada anak-anak
kalian.” (HR. Bukhari)
Pernah terjadi,
ketika salah seorang sahabat memberi kepada sebagian anak-anaknya, kemudian ia
menghadap kepada Rasulullah supaya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersedia menjadi saksi. Maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya,
“Apakah semua anakmu engkau beri seperti itu?”
Dia menjawab,
“Tidak.” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Carilah saksi
selain diriku, karena aku tidak mau menjadi saksi dalam keburukan. Bukankah
engkau hagiakan, apabila memberikan sesuatu yang sama?”
Dia menjawab,
“Iya.” Lalu beliau menanggapi, “Jika demikian, lakukanlah!”
Kaum muslimin
yang berbahagia
Anehnya, ada
sebagian orang tua manakala dinasehati tentang pendidikan anak, justru mereka
malah menyanggah. Orang tua ini mengatakan, bahwa kebaikan adalah di tangan
Allah, atau hidayah terletak di tangan Allah. Memang benar hidayah berada di
tangan Allah, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ
أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Sesungguhnya
kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi
Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih
mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS. Al-Qashash: 56)
Namun yang perlu
diperhatikan, faktor yang menjadi penyebab adanya kebaikan dan hidayah, ialah
karena peran orang tua. Apabila para orang tua telah berperan secara maksimal
dan telah menunaikan kewajiban dalam mendidik, maka hidayah berada di tangan
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sedangkan jika orang tua lalai dan mengabaikan
tarbiyah, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan balasan dengan
kedurhakaan dan keburukan kepada anak. Ingatlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam:
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ
عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يَهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
“Setiap bayi
dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), lalu kedua orang tuanya menjadikannya
sebagai seorang Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (Muttafaqun ‘alaihi).
Di sinilah kita
harus memahami secara benar, betapa besar peranan orang tua terhadap anak.
Orang tua memiliki tanggung jawab membentuk keimanan dan karakter anak. Dari
orang tua itulah akan terwujud kepribadian seorang anak.
Akhirnya,
marilah kita menjaga fitrah anak-anak kita. Yaitu fitrah di atas kebenaran dan
kebaikan. Karena yang kita lakukan atas diri anak, akan diminta
pertanggungjawabannya di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ
اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ
إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ
رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ
كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إله إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
أَمَّابَعْد
Ma’syiral
muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Perhatian
terhadap anak merupakan perkara yang sangat penting dan pertanggungjawaban yang
besar di sisi Allah. Oleh karena itu, para manusia terbaik, yaitu para nabi dan
rasul senantiasa mendoakan kebaikan untuk anak keturunan mereka.
Nabi Ibrahim
‘alaihissalam berdoa,
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
“Ya Tuhanku,
anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.”
(QS. Ash-Shaffat: 100)
رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ
لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ
عَلَيْنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
“Ya Tuhan kami,
jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah)
diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah
kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat
kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”
(QS. Al-Baqarah: 128)
Nabi Zakariya
‘alaihissalam berdoa,
هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا
رَبَّهُ ۖ قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۖ إِنَّكَ سَمِيعُ
الدُّعَاءِ
“Di sanalah
Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: “Ya Tuhanku, berilah aku dari
sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa”.
(QS. Ali Imran: 38)
Begitu juga
dengan orang-orang shalih yang Allah sebutkan dalam Alquran, mereka berdoa,
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا
هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ
إِمَامًا
“Dan orang orang
yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan
keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi
orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqon: 74)
Demikianlah para
nabi dan rasul, meskipun kedudukan mereka dekat dengan Allah Subhanahu wa
Ta’ala, mereka tetap saja senantiasa berdoa penuh harap, memohon kepada Allah
agar dianugerahi keturunan yang shalih dan shalihah. Jika demikian, bagaimana
dengan kita? Tentunya kita harus lebih semangat lagi.
Oleh karena itu,
marilah kita berdoa dan selalu berusaha memberikan pendidikan kepada anak-anak
kita dengan berlandaskan agama yang lurus.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ
يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا
تَسْلِيمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ وبارك عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ
أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا
وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ
عَلَىمُحَمَّدٍ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا وَ آخِرُ دَعْوَانَا الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ
0 komentar :
Posting Komentar