JANGAN PERNAH TINGGALKAN
SHOLAT
الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ خَلَقَ الْإِنْسَانَ
فِي أَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ، وَفَضَّلَهُ عَلَى كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَقَ
بِالْإِنْعَامِ وَالتَّكْرِيْمِ، فَإِنِ اسْتَقَامَ عَلى طَاعَةِ اللهِ اسْتَمَرَّ
لَهُ هذَا التَّفْضِيْلُ فِي جَنَّاتِ النَّعِيْمِ، وَإِلاَّ رُدَّ فِي الْهَوَانِ
وَالْعَذَابِ الْأَلِيْمِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ وَهُوَ الْخَلاَّقُ الْعَلِيْمِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ شَهِدَ لَهُ رَبُّهُ بِقَوْلِهِ: {وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ
عَظِيْمِ} صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ سَارُوْا
عَلَى النَّهْجِ القَوِيْمِ وَالصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً
كَثِيْرًا، أَمَّ بَعْدُ:
أَيُّهَا
النَّاسُ، اتَّقُوْا اللهَ تَعَالىَ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ لاَ
يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ، وَإِنَّمَا يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ
وَأَعْمَالِكُمْ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
حَافِضُوا
عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلاَةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا للهِ قَانِتِينَ
Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah)
shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’. (QS.
Al-Baqarah: 238).
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah
Subhanahu wa Ta’ala atas segala karunia, hidayah dan berjuta kenikmatan tak
terhingga yang telah Dia anugerahkan kepada kita semua.
Salawat dan salam semoga selalu tercurahkan ke
haribaan baginda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, beserta keluarga,
sahabat, dan semua orang yang mengikutnya hingga hari kemudian.
Selanjutnya marilah kita meningkatkan takwa kita
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sebenar-benar takwa, yakni dengan
menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Kaum muslimin ‘azzakumullah
Di zaman yang semakin dekat dengan hari akhir ini,
kita menyaksikan suatu fenomena memprihatinkan yang menimpa kaum muslimin,
yaitu sebuah realita banyaknya orang yang mengaku beragama Islam namun tidak
memahami hakikat agama Islam yang dianutnya, bahkan tingkah laku keseharian mereka
sangatlah jauh dari nilai-nilai Islam itu sendiri.
Di antaranya adalah banyaknya kaum muslimin di masa
sekarang yang mulai meremehkan dan menyia-nyiakan salat, bahkan tidak sedikit
dari mereka yang berani meninggalkannya dengan sengaja dan terang-terangan.
Padahal dalam Agama Islam, salat memiliki kedudukan yang tidak bisa ditandingi
oleh ibadah lainnya. Keistimewaan tersebut tergambar dengan peristiwa isra’ dan
mi’raj dimana Rasullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menerima wahyu perintah
salat. Setelah beliau sampai di Sidratul Muntaha, Allah Subhanahu wa Ta’ala
berbicara langsung kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Yang
demikian itu menunjukkan bahwa betapa agung kedudukan ibadah salat dalam Islam,
karena ia adalah tiang agama, di mana agama ini tidak akan tegak kecuali
dengannya. Dalam suatu hadis sahih Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
رَأْسُ
الأَمْرِ الإِسْلَامُ وَعَمُوْدُهُ الصَلَاةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الجِهَادُ فِي
سَبِيْلِ اللهِ
“Pokok agama adalah Islam (berserah diri), tiangnya
adalah salat, dan puncaknya adalah jihad di jalan Allah.” (HR. At-Tirmidzi no.
26160).
Sidang Jumat yang dimuliakan Allah
Salat adalah ibadah yang pertama kali diwajibkan
setelah ikhlas dan tauhid, sebagaimana Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
وَمَآ
أُمِرُوْا إِلاَّ لِيَعْبُدُوْااللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ حُنَفَآءَ
وَيُقِيْمُوْا الصَّلَوةَ وَيُؤْتُوْا االزَّكَوةَ وَذَلِكَ دِيْنُالْقَيِّمَةِ
“Dan tidaklah mereka disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam menjalankan agama
dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat, dan yang
demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Dan sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wa sallam,
أُمِرْتُ
أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوْا أَنْ لاَ إِله إِلاّ اللَّهُ وَأَنَّ
مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللَّه ، وَيُقِيْمُوا الصَّلاَةَ، وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ،
فَإِذَا فَعَلُوْا ذَلِكَ، عَصَمُوْا مِنِّيْ دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ
بِحَقِّ الْإِسْلاَمِ، وَحِسَابُهُمْ عَلَى الله.
“Aku telah diperintahkan untuk memerangi manusia
hingga mereka bersaksi bahwasanya tiada tuhan yang berhak disembah kecuali
Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, kemudian mendirikan salat dan
menunaikan zakat. Apabila mereka melakukan itu, maka mereka menjaaga darah dan
harta mereka dariku kecuali dengan hak Islam, dan perhitungan mereka diserahkan
kepada Allah.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Salat juga merupakan amal pertama kali yang akan
dihisab di Hari Kiamat kelak, seperti tersebut dalam hadis dari sahabat Abu
Hurairah, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ
أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ
صَلاَتُهُ، فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ
خَابَ وَخَسِرَ.
“Sesungguhnya yang pertama kali dihisab dari amal
seorang hamba pada Hari Kiamat adalah salat. Apabila salatnya baik, maka ia
telah berbahagia dan sukses, tetapi apabila salatnya jelek, maka ia telah
celaka dan rugi.” (HR. At-Tirmidzi, no. 413)
Di samping itu, salat adalah wasiat terakhir
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya, sebagaimana telah
diriwayatkan dari Ummu Salamah bahwasanya ia berkata,
كَانَ
مِنْ آخِرِ وَصِيَّةِ رَسُوْلِ اللَّه الصَّلاَةَ الصَّلاَةَ وَمَا مَلَكَتْ
أَيْمَانُكُمْ.
“Wasiat terakhir Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam adalah ‘Kerjakanlah salat, Kerjakanlah salat, dan tunaikanlah kewajiban
kalian terhadap budak-budak yang kalian miliki.” (HR. Ahmad, no. 25944)
Hadirin yang Dirahmati Allah
Inilah gambaran agungnya kedudukan ibadah salat
dalam agama Islam yang kita anut. Alquran dan Sunah yang sahih memberikan
ancaman keras bagi orang yang meninggalkan salat. Dalam surat Al-Mudatstsir
ayat 42-43 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
مَاسَلَكَكُمْ
فِي سَقَر. قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ
“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar
(Neraka)?” Mereka menjawab, “Kami dahulu (di dunia) tidak termasuk orang-orang
yang mengerjakan salat.”
Adapun di dalam Sunah disebutkan bahwa orang yang
meninggalkan salat diancam akan dikumpulkan bersama Qarun, Firaun, Haman, dan
Ubay bin Khalaf. Beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُوْرًا وَبُرْهَانًا وَنَجَاةً يَوْمَ
الْقِيَامَةِ، وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ يَكُنْ لَهُ نُوْرٌ وَلاَ
بُرْهَانٌ وَلاَ نَجَاةٌ، وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُوْنَ،
وَفِرْعَوْنَ، وَهَامَانَ، وَأُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ.
“Barangsiapa yang menjaganya (salat fardhu) maka
pada Hari Kiamat dia akan memperoleh cahaya, bukti nyata (yang akan
membelanya), dan keselamatan. Dan barangsiapa yang tidak menjaganya, maka dia
tidak memiliki cahaya, bukti nyata (yang akan membelanya), dan keselamatan,
serta pada Hari Kiamat dia akan (dikumpulkan) bersama Qarun, Firaun, Haman, dan
Ubay bin Khalaf.” (HR. Ahmad, no. 6540,
Ad-Darimi, no. 2721, Sahih Ibnu Hibban, no. 1476. Syu’aib al-Arna’uth
mengatakan ‘Isnadnya sahih.’ Didhaifkan oleh al-Albani di dalam Dhaif al-Jami
no. 2851).
Jama’ah Jum’at hafizhakumullah
Lantas, apa hukum orang yang meninggalkan salat?
Seluruh ulama umat Islam sepakat bahwa orang yang
meninggalkan salat karena mengingkari kewajibannya adalah kafir. Namun kemudian
mereka berbeda pendapat tentang orang yang meninggalkan salat tanpa mengingkari
kewajibannya. Di antara mereka ada yang berpendapat bahwa ia telah kafir dan
keluar dari Islam. Sementara yang lain menyatakan bahwa hukumnya masih berada
di bawah kesyirikan dan kekafiran.
Para ulama juga berbeda pendapat tentang hukuman
yang layak bagi orang yang meninggalkan salat. Sebagian mereka berpendapat
bahwa hukumannya adalah didera dan dipenjara, sedangkan yang lain mengatakan
bahwa ia harus dibunuh sebagai hukum had baginya, bukan karena murtad.
Akan tetapi jamaah sekalian, terlepas dari
perbedaan pendapat para ulama tentang hukum dan hukuman bagi orang yang
meninggalkan salat dengan sengaja, hendaknya seorang muslim merasa takut
apabila keislamannya diperdebatkan oleh para ulama dengan sebab meninggalkan
salat. Meski seharusnya sudah cukup bagi kita untuk merasa takut jikalau
meninggalkan salat dikarenakan ancaman yang begitu keras dari Allah Subhanahu
wa Ta’ala maupun dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga Ibnu
Qayyim berkata, “Orang yang meninggakan salat telah berbuat dosa besar daripada
berzina, mencuri, dan minum khamar. Orang yang meninggalkan salat akan
mendapatkan hukuman dan kemurkaan Allah di dunia dan di Akhirat.” (Kitab
Ash-Shalah wa Hukmu Tarikiha, Hal. 9).
Salat adalah kebutuhan batin seorang hamba,
layaknya makan dan minum sebagai kebutuhan lahirnya. Sehari saja manusia tidak
makan, maka badannya akan terasa lemas dan tidak berdaya. Makan adalah hajat
manusia dan penopang kesehatan badannya. Kebutuhan jasmani terhadap makanan
harus dipenuhi, sebagaimana kesehatan rohani juga harus dipenuhi. Kebutuhan
hati kita harus dipenuhi dengan banyak berdzikir kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala, dan di antaranya adalah dengna mengerjakan salat.
Hadirin rahimakumullah
Perhatikanlah orang-orang yang tidak salat!
Hidupnya tidak mengalami ketenangan, meskipun secara lahiriyah hidupnya kaya
raya dan mempunyai harta yang berlimpah, namun mereka sama sekali tidak
mengalami ketenangan dan tidak juga kenyamanan. Berbeda dengan orang yang
salat, ia merasa tenang dan bahagia. Melaksanakan salat dapat menenangkan hati,
karena di dalam salat mengandung dzikrullah (mengingat Allah) dan itu mebawa
kepada ketenangan batin, sebagaimana Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
الَّذِينَ
ءَامَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللهِ أَلاَبِذِكْرِ اللهِ
تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah hati
menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Jiwa orang yang melakukan salat akan mengalami
ketenangan dan akan mendapatkan thuma’ninah dalam hidup. Berbeda dengan orang
yang enggan salat. Hidupnya mengalami was-was, tidak tentang, ketakutan, dan
selalu diganggu oleh setan.
Tunaikanlah salat karena ajal begitu dekat.
Laksanakanlah perintah-Nya selagi amal masih dicatat. Segeralah bertaubat
sebelum pintu-Nya tertutup rapat. Jadilah hamba yang taat demi meraih surga-Nya
yang penuh dengan nikmat.
بَارَكَ
الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا
فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
KHUTBAH JUM’AT KEDUA
إِنّ
الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ
مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ
مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ
اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
Ma’asyiral muslimin a’azzanallah waiyyakum
Jika meninggalkan salat memang perkara yang boleh
disepelekan atau ditolerir, niscaya orang yang sedang sakit tidak akan
diperintahkan untuk mengerjakannya. Logika manakah yang membenarkan
diperbolehkannya meninggalkan salat bagi orang yang sehat, sementara orang yang
sakit saja diwajibkan untuk mengerjakannya? Ini menunjukkan bahwa orang yang
meninggalkan salat cenderung menuruti hawa nafsunya, mengikuti keinginan
syahwat, serta mengabaikan jalan yang lurus dan sesuai dengan logika akal
manusia.
Bagaimana pun keadaan yang kita alami, maka salat
wajib kita lakukan. Baik ketika sehat ataupun sedang sakit, dalam keadaan safar
maupun bermukim. Salat wajib yang lima waktu harus tetap dikerjakan, bagaimana
pun kondisi kita.video salaf masjid
Oleh sebab itu hadirin sekalian, dalam khutbah yang
singkat ini khatib ingin menasihati khatib pribadi dan jamaah sekalian
janganlah sekali-kali kita meremehkan salat apalagi meninggalkannya. Jadilah
kita termasuk hamba-hamba Alah yang selalu menjaga salat, karena kita tidak
tahu berapa umur kita yang tersisa. Berapa pun panjangnya usia kita, namun kita
meyakini bahwa kita pasti akan meninggalkan dunia yang fana ini. Dan setiap
orang yang mengadakan perjalanan pasti membutuhkan bekal. Sementara perjalanan
yang satu ini adalah perjalanan yang sangat panjang dan tidak akan kembali
lagi. Barangsiapa yang dalam perjalanan tersebut tidak memiliki bekal, maka ia berarti
telah menderita kerugian yang tak akan tergantikan dan tidak ada bandingannya.
Bagaimana seseorang selalu lalai, sementara usianya berlalu bagaikan awan yang
berarak di angkasa. Tiba-tiba saat ia dipanggil untuk memenuhi janji yang tidak
dapat ditunda-tunda (kematian), maka ia pun kemudian mencari bekal, hanya saja
yang ia dapati cuma tanah yang menghimpitnya, sementara ia tidak mendapatkan
orang yang dapat menyelematkannya atau menolongya, wal’iyadzu billah.
Mudah-mudahan Allah memberikan kita petunjuk untuk
melaksanakan salat yang lima waktu dan melaksanakan kebaikan sesuai dengan
syariat. Mudah-mudahan Allah menjadikan hari-hari kita penuh dengan amal saleh
yang akan membawa kita kepada kebahagiaan dan ketenangan di dunia dan di
akhirat. Mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan hidayah pada segala urusan
kita dan memberikan petunjuk kepada kita semua dalam menapaki jalan-Nya yang
lurus, jalan orang-orang yang Allah berikan nikmat kepada mereka, jalan para
nabi, orang-orang yang jujur, dan para syuhada, serta orang-orang yang saleh,
bukan, jalan orang-orang tersesat.
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا
وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا
اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً
وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا
قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ
الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
وَصَلَّى
اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَأَقِمِ الصَّلاَةَ
0 komentar :
Posting Komentar