“…Kami perintahkan kepada manusia supaya
berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula)…. (Al-Ahqaf
: 15)
Malam
telah larut dan sebentar lagi pagi akan datang. Aku masih larut melihat
perkembangan bursa di New York. Dari tadi siang aku malas membuka email karena
melihat perkembangan pasar yang semakin memburuk. Keliatannya hari hari kedepan
tak ada lagi yang bisa diharapkan kecuali bertahan dalam situasi buruk. Teman
mengatakan dalam gurauan kepadaku bahwa ini saatnya kita surfing diatas
gelombang ganas. Lihatlah tak banyak yang bisa selamat tapi ini tantangan untuk
menguji siapa yang qualified melewati putaran waktu. SMS datang” sudah baca
email dari Kedutaan? Anda diundang untuk datang menghadap Raja mereka” saya
terkejut. Bersegera saya membuka email. Benarlah , email ini datang dari tadi
siang. Terbayang upaya hampir setengah tahun untuk mendapatkan clients
potensial kini peluang terbuka dengan adanya undangan untuk presentasi. Walau
kemungkinan berhasil masih sangat jauh namun setidaknya ini titik awal untuk
sebuah harapan. Akupun bersegera membuka file presentasi untuk mempertajam
materi dan menambah sedikit bahan sesuai hasil riset mutakhir.
Pagi
pagi aku bersama team sudah berada di Airport untuk terbang memenuhi undangan.
Dijadwalkan ,setiba dibandara aku akan dijemput oleh asisten kerajaan. Kemudian
akan diantar ke tempat istirahat kerajaan sambil menunggu jadwal pertemuan
khusus dengan Raja. Setelah pertemuan dengan Raja, maka keesokan harinya
dijadwalkan untuk menghadiri presentasi dengan pejabat terkait. Penerbangan
first class itu sangat nyaman. Didalam pesawat aku berusaha membaca indicator
mutakhir ekonomi dan social Negara yang akan aku kunjungi itu. Ketika mendarat
, cuaca cukup cerah. Pejabat yang menjemput kami nampak tersenyum ramah membawa
kami ke limosine untuk menuju hotel. Sesampai di Holel Kerajaan, pejabat itu
memberikan kesempatan kami untuk istirahat dan dia langsung kembali
kekantornya. Pejabat itu berpesan bahwa besok jadwal pertemuanku dengan Raja. Hanya
aku saja tanpa didampingi team. Jam 7 malam jemputan akan sampai dihotel untuk
acara makan malam jam 8 bersama Raja. Aku mengangguk.
Aku
bekerja bersama team sampai mendekati subuh untuk memantapkan segala persiapan.
Setelah sholat subuh aku memilih untuk istirahat dan tidur. Begitupula dengan
team lainnya. Sebelum berangkat tidur, telp cellularku bordering.
“
Pah” suara istriku diseberang.
“
Ya” Aku menangkap ada sesuatu dirumah. Karena tidak seperti biasanya instriku
menelphone sepagi ini.
“
Papa, tenang aja. “
“
Ya tenang, Ada apa “
“
Bunda, karena serangan jantung ringan.”
“
Sekarang Bunda ada dimana ?
“
Dirumah sakit. Mama dampingi bunda terus. Kata doctor keadaannya sudah membaik.
Papa tenang aja. Adik adik semua ada disini kumpul. Bunda dibawah perawatan
dokter terbaik. Kita berdoa aja semoga keadaan bunda semakin membaik. “
Terkesan
bagiku , istri berusaha menenangkan aku bahwa keadaan bunda baik baik saja tapi
diapun tidak bisa menyembunyikan kekawatiran akan keadaan bunda. Seusai
menerima telephone itu, batinku mendesakku untuk segera pulang. Tapi bagaimana
dengan rencana kunjungan ini. Bagaimana perasaan teamku bila pertemuan ini
gagal karena aku harus segera pulang. Apalagi perjuangan mendapatkan clients
ini sudah berlangsung lebih dari setengah tahun. Namun hatiku tidak bisa tenang
dengan segala pemikiran tentang masa depan usahaku. Aku hanya memikirkan
tentang hari ini dimana bunda sedang sakit dan aku harus ada disampingnya.
“
Apakah itu tidak bisa ditunda lusa saja atau besok saja setelah kamu bertemu
dengan raja” kata salah satu teamku. Dia dapat memaklumi sikapku namun dia juga
meminta kebijakanku soal kelangsungan business kami.
“
Ibu saya sakit dan ini tidak sederhana. Aku tidak bisa memaafkan diriku bila
aku sampai menunda pulang. “ Kataku dengan wajah bingung. Aku terduduk sambil
mengusap kepala. Bayanganku terus kepada bunda.
“
Tapi bagaimana dengan rencana kita “
“
Maafkan aku…” Kataku menatapkanya dengan wajah sesal, Berharap teamku dapat
memaklumi. Semua anggota team terdiam. Akhirnya salah satu dari mereka berkata
“ Kamu benar.! Kalau begitu kita putuskan pulang hari ini. “ Kata mereka dengan
tersenyum seakan berusaha menutupi keadaan posisiku agar tidak merasa bersalah
karena keputusanku untuk pulang
Jam
8 pagi aku menelhone pejabat penghubung kami dengan kerajaan dan menyampaikan
alasan kami untuk pulang.
“
Yang harus anda ketahui bahwa tidak pernah satu kalipun Raja kami dibatalkan
pertemuannya oleh orang lain. Ini penghinaan. Sikap protokoler istana akan
sangat keras. “
“
Mengapa ?“
“
Kamu sudah setuju untuk datang dan kini mendadak kamu batalkan sepihak karena
alasan yang tidak masuk akal”
“
Ini soal ibu saya.”
Pejabat
itu hanya terdiam dengan wajah terkesan marah.
“
Maafkan kami. Semua akomodasi dan ticket yang sudah kerajaan keluarkan akan
kami ganti. Ini kesalahan kami dan kami akan membayar kesalahan itu.” kataku
“
Reputasi anda juga akan hancur” Kata pejabat itu dengan nada mengancam.
“
Kami sadar akan itu. Sekali lagi maafkan kami”
Nampak
pejabat itu berbicara melalui telp dengan nada penuh hormat.
“
Tadi berusan saja pangeran bebricara dengan saya dan ia sangat marah karena
pembatalan pertemuan ini. “ Kata pejabat itu.
“
Apakah aku bisa bicara dengan beliau”
“
Tidak perlu. “ katanya tegas dan kesal.
Aku
bersama team berangkat menuju bandara. Rencananya . aku langsung pulang ke
Jakarta. Sementara teamku kembali ke Hong Kong. Sesampai dibandara, nampak
sekuriti sangat ketat. Supir taksi yang kami tumpangi mengatakan bahwa Raja
datang ke Bandara. Kami terpaksa turun agak jauh dari gate keberangkatan.
Ketika aku bersama team melangkah menuju bandara keberangkatan, salah satu
pejabat yang mengenal kami bersegera berlari kearah kami. Dengan ramah pejabat
itu berkata” raja ingin bertemu dengan kamu”. Aku mengangguk dengan melangkah
agak ragu mengikuti pejabat itu keruang VVIP.
Ketika
melewati kuridor bandara seorang petugas mengambil passportku dengan ramah. Aku
terus melangkah dalam perasaan penuh tanya. Ada apa gerangan ini?. Ketika pintu
ruangan VVIP terbuka, nampak sang Raja didampingi putra mahkota tersenyum ramah
kearahku. Tanpa sungkan dia memelukku sambil mencium pipiku.
“
Saya mendengar kabar bahwa ibunda anda sakit dan anda harus segera pulang.
Benarkah itu ?
“
Maafkan aku ya yang mulia. Bukan bermaksud tidak menghormati undangan Yang
Mulia tapi keadaan ibu memang memerlukan kehadiranku disampingnya.”
“
Pulanglah. Urusan dunia ini tidak penting. Memuliakan ibu adalah memuliakan
Allah. Tak ada ibadah terbaik didunia ini selain berbakti kepada ibu. Sampaikan
salam saya kepada ibu anda. Doa saya akan menyertainya.” Kata kata itu meluncur
begitu sejuknya. Aku sampai terharu. DIhadapanku ada seorang raja yang kaya
raya dan dihormati namun tetap lebih menghormati seorang ibu.
“
Terimakasih ya Yang Mulia”
“
Saya yang harus berterimakasih kepadamu. Karena lewat peristiwa ini, saya bisa
memberikan pelajaran berharga kepada putra saya. Bahwa tak penting berapa
peluang business yang akan diraih namun bila saatnya datang untuk memuliakan
orang tua maka itulah yang lebih diutamakan. ‘ kata Raja itu sambil menatap
kearah putra mahkotanya.
Usai
pertemuan itu , aku bersama pejabat penghubung kerajaan keluar ruangan VVIP
menuju bandara keberangkatan. Pejabat itu berkata” Yang Mulia Raja meminta anda
pulang dengan jet pribadinya. Sementara team anda tetap disini untuk
melanjutkan pertemuan dengan pejabat terkait. Raja juga telah memutuskan untuk
memilih perusahaan anda sebagai mitra kami. Selamat. “
Anggota
team saya nampak berlinang air mata ketika mendengar kata kata itu. “ Bila kita
muliankan ibu maka Allah akan memuliakan kita. Tentu yang sulit menjadi mudah,
yang sempit menjadi lapang. Anda benar dan kami percaya sikap anda. “ kata
salah satu anggota team saya sambil memeluk saya.
Ketika
sampai di bandara, aku langsung ke rumah sakit. Setiba dirumah sakit, istriku
sudah menunggu dan membawaku keruangan bunda dirawat. Kucium kening bunda dan
nampak matanya terbuka, Bunda tersenyum” Kaukah itu nak ? “
“
Ya , bunda.”
“
Siapa yang bilang bunda sakit. Bunda engga apa apa.” Bunda menoleh kearah istriku
“ Jangan kau ganggu anakku bekerja. Soal begini tak perlulah dikabarkan. Kau
pikir mudah untuk kembali dari luar negeri ke sini. Lagian disana dia tidak
main main. Dia kerja. “ Bunda mengomeli istriku. Itulah bunda, dalam keadaan
apapun beliau tetap tidak ingin membuat anaknya repot. Andaikan tangannya masih
kokoh, langkahnya masih kuat itu akan selalu digunakannya untuk membimbing anak
anaknya melangkah tegar dalam ketertatihan. Senandungnya akan terus terdengar
mengantar anaknya tidur bahwa besok akan selalu baik baik saja, dan bunda akan
selalu ada disampingmu, nak…
Dubai…
0 komentar :
Posting Komentar