Ahlan Wasahlan Ikhwafillah di Web blog Ane, Semoga Membawa Berkah dan Manfa'at untuk kite Semuanye. Amiin...
Home » , , » Khutbah Jum'at : Menajamkan Syukur, Mengurangi Kufur

Khutbah Jum'at : Menajamkan Syukur, Mengurangi Kufur

Written By herisuganda on Minggu, 14 Juni 2015 | 21.15

MENAJAMKAN SYUKUR, MENGURANGI KUFUR

Jamaah Jumat yang berbahagia.

Pada siang yang berbahagia ini, mari, terlebih dahulu menghaturkan rasa syukur kehadirat Allah Swt. Kita syukuri segala hal maupun segala keadaan yang saat ini menyelimuti jiwa raga. Apapun keadaannya, bagaimanapun kenyataannya, ia adalah hal terbaik yang dianugerahkan Allah pada diri kita. Kita harus pandai mensyukurinya. Masih banyak saudara di luar sana yang jauh kurang beruntung. Ditimpakan keadaan ataupun cobaan yang jauh lebih berat, yang seandainya cobaan tersebut ditimpakan pada kita, mungkin jadi, tak kuasa menjalaninya. Sehingga tidak bisa merasakan kebahagiaan sebagaimana kita rasakan sekarang.
Demikian pula keadaan sekarang yang relatif pas-pasan, atau bahkan mungkin kurang dibanding mereka yang mendapat kebahagiaan dan rezeki melimpah, kita pun harus pandai mensyukurinya. Sebab, belum tentu kebahagian dan rezeki yang melimpah itu mengantar penerimanya pandai bersyukur. Terkadang malah hanyut di dalamnya. Hanyut dalam kebahagiaan dan kesenangannya. Kemudian lupa bersyukurnya.
Shoalawat dan salam mari senantiasa kita haturkan kepada insan mulia baginda Muhammad Saw, kepada Keluarga,sahabat, dan kita semua selaku ummatnya, semoga kita kelak layak berada bersamanya di tempat yang mulia. Amiin.

Oleh karena itu, Jamaah Jumat yang berbahagia
Sekali lagi, mari kita jadikan syukur menjadi suatu hal yang sangat wajib untuk dihayati, direnungkan, dan dipraktekkan dalam segala keadaan maupun aktfitas. Cukup tidak cukup, penak tidak penak, sedang bahagia ataupun tidak, kesemuanya disyukuri secara mendalam. Mengiringi ajegnya nafas yang keluar masuk dalam dada, yang tanpa kita harap pun diberi dengan sangat murah, tak terhingga nilainya.
Bilamana sebaliknya, rasa syukur itu tidak mendapat perhatian yang seksama, terlindih oleh berbagai macam keadaan maupun aktifitas, tentu akan dengan mudah terjebak dalam kekufuran. Sebagaimana ketentuan-Nya, wa lain kafartum inna 'adzabi lasyadid. Adzab Allah itu sungguh sangat pedih bagi mereka yang mengkufuri segala nikmat-Nya, baik nikmat yang menyenangkan-membahagiakan, maupun nikmat yang berupa menyusahkan-menyengsarakan. Yang tentunya, kita semua harus menghindar dengan sekuat-kuatnya usaha.

Jamaah Jumat yang berbahagia
Menajamkan syukur dan mengurangi jeratan kufur jelas bukan perkara mudah. Sebab, dada kita terlanjur mudah terisi butiran-butiran kufur. Tanpa disadari telah terbiasa dilakoni. Buktinya, masih mudahnya hati gonjang ganjing terbawa suasana. Senang susah kecewa nglokro lemah semangat dan seterusnya dan sebagainya. Apalagi, sedikitnya ada 3 ketentuan yang mengindikasikan bahwa anak cucu Adam ini sulit terlepas dari cengkeraman kufur. Pertama, firman-Nya dalam QS. Al-Ahzaab[33]: 72 innahu kaana zaluman jahuula. Sesungguh-nya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.

Kedua, firman-Nya dalam QS. Al-Ma'aarij[70]: 19
Sesungguhnya manusia itu diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
Ketiga, sabda Nabi SAW al insaanu mahalul khatha’ wa nisyan. Sesungguhnya manusia itu tempatnya salah dan lupa.

Jamaah Jumat rahimakumullah.
Ketiga ketentuan tersebut, bila dicermati secara mendalam, seolah memupus harapan agar terbebas dari jeratan kufur. Bisa dibayangkan, ketika masih berada di alam dzar atau alam arwah, jiwa raga yang masih belum terbentuk, apalagi akal pikiran, telah divonis zaluman jahula. Setelah terlahir di dunia, sifatnya yang selalu keluh kesah, selalu kurang, lagi kikir. Dilengkapi pula dengan tempatnya salah dan lupa. Seolah melengkapi, dan menyempurnakan watak zaluman jahulanya.
Namun demikian, manusia tetaplah manusia yang tidak bisa apa-apa dan tidak ada apa-apanya, tetap diperintah untuk berikhtiyar dan bertawakkal. Perkara hasil atau tidaknya urusan Yang Maha Kuasa. Adapun usaha untuk menajamkan syukur dan mengurangi jeratan kufur adalah:
Pertama, memahami dengan baik makna ungkapan  “man ‘arofa nafsahu faqod ‘arofa Rabbahu, wa man ‘arofa Rabbahu faqod jahula nafsahu”. barang siapa mengenali jati dirinya sendiri tentu akan mengenali Jati Diri Tuhannya, dan barang siapa mengenali Jati Diri Tuhannya tentu akan mengetahui “bodoh”-nya diri. Sehingga silogismenya, barang siapa mengenali dirinya sendiri, tentu akan mengenali bodohnya diri.
Konkritnya, pengenalan terhadap jati diri manusianya sendiri, bisa dilakukan bila mengenal dengan benar Jati Diri Tuhan. Sedang pengenalan akan Jiti Diri Tuhan, hanya dapat dilakukan bilamana ditanyakan (atau tepatnya digurukan) langsung pada yang diutus Tuhan mengenalkannya. Sebab, hanya sang utusan inilah yang mengajarkan secara langsung ajaran suci-Nya. Yang ditugasi memperkenalkan Jati Diri Al-Ghayb Tuhan pada hamba yang telah menjadi kehendak-Nya. Kemudian setelah mengenal Jati Diri Tuhannya, selanjutnya memproses diri sebagaimana petunjuk tuntunan arahan yang telah mengenalkan ilmunya. Kemudian hanya melalui ampunan dan hidayah Tuhan semata, yang akan mengangkat pengertian dan pemahaman hamba, menyadari seyakin-yakinnya bahwa hamba ini ternyata memang bodoh. Tidak bisa apa-apa dan tidak ada apa-apanya. Zaluman jahula.

Jamaah Jumat yang berbahagia,
Langkah kedua, mencermati dan berusaha melaksanakan fatwa Imam Ali:
تَعَلَّمُوا الْعِلْمَ تُعْرِفُوا بِهِ, وَاعْمَلُوابِهِ تَكُونُوامِنْ اَهْلِهِ
Pelajarilah ilmu, niscaya kalian akan dikenal dengannya, dan amalkanlah ilmu yang kalian pelajari itu, niscaya kalian akan termasuk ahlinya.
Konkritnya, di dalam mendapatkan kebisaan atau kepahaman atas suatu perkara, apalagi menjadi ahli didalamnya, satu-satunya syarat adalah harus mempelajari ilmunya. Ilmu yang membahas, mengatur, dan mengupas tuntas perihal perkaranya. Dengan cara, ditanyakan langsung pada sang ahli perihal ilmu bidangnya.
Fatwa ini tidak membicarakan satu bidang ilmu tertentu, melainkan semua ilmu yang memungkinkan untuk dipelajari. Kuasa menjalaninya. Termasuk didalamnya, ilmu khos tentang pengenalan Jati Diri Tuhan, yang mampu mengantar pelakunya wa’bud rabbaka hatta ya’tiyakal yaqin, dan mengurangi diri dari jeratan kufur.

Ketiga, memahami dengan seksama rambu-rambu ilmu beserta pengamalannya, sebagaimana fatwa Imam Ali di muka :
اَلْعَامِلَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَالسَّائِرِعَلَى غَيْرِ طَرِيْقٍ, فَلاَ يَزِيْدُهُ بُعْدُهُ عَنِ الطَّرِيْقِ الْوَاضِحِ إِلاَّ بُعْدًا مِنْ حَاجَتِهِ. وَالْعَامِلٌ بِا الْعِلْمِ كَالسَّائِرِ عَلَى الطَّرِيْقِ الْوَاضِحِ. فَلْيَنْظُرْ نَاظِرٌ: أَسَائِرٌ هُوَ أَمْ رَاجِعٌ
Orang yang beramal tanpa ilmu, seperti orang yang berjalan bukan di jalan. Maka, hal demikian tidak menerangi jalannya kecuali semakin jauh dari kebutuhannya. Dan orang yang beramal dengan ilmu, seperti orang yang berjalan di atas jalan yang terang. Maka, hendaklah seseorang memperhatikan, apakah dia berjalan, ataukah malah kembali.

Keempat, perlu mengasah akal dengan rutin, serius, disertai dengan sabar, tawakkal. Sebagaimana fatwa Imam Ali yang lain: akal adalah naluri, sedangkan yang mengasuhnya adalah berbagai pengalaman. Akal adalah buah pikiran dan pengetahuan yang sebelumnya tidak diketahui. Akal adalah yang menghidupi ruh, sedang ruh adalah yang menghidupi badan. Pemberdayaannya perlu usaha serius yang rutin. Dibarengi dengan sikap sabar dan tawakkal. Sebab seserius bagaimanapun, dan serutin apapun suatu usaha, tanpa dibarengi sabar dan tawakkal, seolah muspro. Sebab hanya Tuhan sendiri yang pada akhirnya menurunkan dan mengabulkan serangkaian usaha yang dilakukan manusia.
Jamaah Jumat yang berbahagia
Sedikit uraian di atas kiranya mampu membuka dan mencerahkan hati pikiran. Mampu menambah keyakinan akan pentingnya makna belajar. Sehingga, pada gilirannya, mampu meningkatkan iman dan taqwa kita walau hanya seper seribu derajad di sisiNya.
Semoga, serangkaian ibadah kita di siang ini diterima sebagai sebuah lakon mendekat pada-Nya, menjadi sarana turunnya ampunan dan hidayah Ilahi. Serta mendapat limpahan berberan sawab dan berkah pangestu Rasulullah. Amin.

جَعَلَنَا اللهُ  وَاِيَّـاكُمْ مِنَ الْفَا ئِزِيْنَ الْاَمِنِيْنَ. وَاَدْخَلَنَـا وَاِيَّـاكُمْ فِى زُمْرَةِ عِبَـادِهِ الصَّـالِحِـيْنَ. اَعُوْذُبِا اللهِ مِنَ الشَّيْطَانَ الرَّجِيْمِ. فَمَنْ تَابَ مِنْ بَعْدِ ظُلْمِهِ وَاَصْلَحَ فَاِنَّ اللهَ يَتُوبُ عَلَيْهِ اِنَّ اللهَ غَفُورٌ رَحِيْمٌ.
 وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَاَرْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُا الرَّاحِمِيْنَ.


Khutbah II

اَلْحَمْدُ لله الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خَلِفَةً لِمَنْ اَرَادَ اَنْ يَذَّكَّرَ اَوْاَرَادَ شُكُورًا. اَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ, اَرْسَلَهُ اِلَى الْعَالَمِيْنَ بَشِيْرًاوَنَذِيْرًا,وَسِرَاجًامُنِيْرًا, اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ,
اَمَّابَعْدُ, اَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ, اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَتَمُوتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَاعْتَصِمُوابِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَلاَتَفَرَّقُواوَاذْكُرُو نِعْمَةَاللهِ عَلَيْكُمْ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَامُحَمَّدٍوَعَلَى اَلِهِ سَيِّدِنَامُحَمَّدٍ, وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤمِنِيْنَ وَالْمُؤمِنَاتِ اَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ, اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْر. اَللَّهُمَّ انْصُرْ مِنْ نَصَرَالدِّيْنَ وَاخْذُلْ مِنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ, وَاَعْلَ كَلِمَتِكَ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ.
اَللَّهُمَّ يَامُقَلِّبَ الْقَلَوبِ ثَبِّتْ قُلُوبَنَاعَلَى دِينِكَ, اَللَّهُمَّ افْتَحْ قُلُوبَنَا كَفُتُوحِ الْعَارِفِيْنَ وَنَوِّ قُلُوبَنَا بِهِدَايَةِ الْيَقِيْنَ.
اَللّهُمَّ اَلِّفْ بَيْنَهُمْ كَمَا اَلَّفْتَ بَيْنَ اْلاَنْصَارِ وَالْمُهَا جِرِيْنَ  اِنَّمَااَمْرُ هُ اِذَا اَرَادَ شَيْأً اَنْ يَقُوْلَ لَهُ كُنْ فَيَكُوْنَ  رَبِّ اشْرَحْلِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْلِيْ اَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِ يَفْقَهُ قَوْلِيْ.وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
عِبَادَاللهِ  اِنَّ اللهَ يَأمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغِى يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. وَلَذِكْرُاللهِ اَكْبَرَ..    


SHARE

About herisuganda

0 komentar :

Posting Komentar