Mengukir Prestasi Dihadapan Ilahi
Jama’ah
rahimakumullah,,,
Pada kesempatan yang baik ini, marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Ta’ala yang telah memberikan taufiq serta hidayahNya, sehingga kita masih dalam keadaan Iman dan Islam...
Pada kesempatan yang baik ini, marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Ta’ala yang telah memberikan taufiq serta hidayahNya, sehingga kita masih dalam keadaan Iman dan Islam...
Selanjutnya,
dari atas mimbar Jum’ah ini, saya wasiatkan kepada diri saya berikut jama’ah
sekalian, Marilah,- dari sisa-sisa waktu yang Allah berikan ini, kita gunakan
untuk selalu mening-katkan ketaqwaan kita kepada Allah, yaitu dengan selalu
memper-hatikan syariat Allah, kita aplikasikan dalam setiap derap langkah hidup
kita hingga akhir hayat. Baik yang berhubungan dengan hal-hal yang wajib,
sunnah, haram, makruh, maupun yang mubah. Karena, dengan ukuran inilah prestasi
seorang manusia dinilai dihadapan Allah. Suatu ketika Umar Ibnul Khaththab
bertanya kepada Ubay bin Ka’ab tentang gambaran taqwa itu. Lalu ia menjawab
dengan nada bertanya: “Bagaimana jika engkau melewati jalan yang penuh onak dan
duri?” Jawab Umar. “Tentu aku bersiap-siap dan hati-hati” Itulah taqwa, kata
Ubay bin Ka’ab
Jama’ah
Jum’ah rahimakumullah,,,
Telah dimaklumi bahwa, manusia pada mulanya berasal dari dua orang sejoli, Nabiyullah Adam dan ibunda Siti Hawa. Daripadanya berkembang menjadi banyak bangsa bahkan suku. Semua manusia dinegara manapun dinisbatkan kepada beliau berdua. Dalam hal ini Allah berfirman di dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13, artinya:“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Telah dimaklumi bahwa, manusia pada mulanya berasal dari dua orang sejoli, Nabiyullah Adam dan ibunda Siti Hawa. Daripadanya berkembang menjadi banyak bangsa bahkan suku. Semua manusia dinegara manapun dinisbatkan kepada beliau berdua. Dalam hal ini Allah berfirman di dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13, artinya:“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Disebutkan
dalam ayat ini bahwa kedudukan manusia dihadapan Allah adalah sama, tidak ada
perbedaan. Adapun yang membedakan di antara mereka adalah dalam urusan diin
(agama), yaitu seberapa ketaatan mereka kepada Allah dan RasulNya.
Al-Hafifzh Ibnu Katsir menambahkan: “Mereka berbeda di sisi Allah adalah karena taqwanya, bukan karena jumlahnya”
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
Al-Hafifzh Ibnu Katsir menambahkan: “Mereka berbeda di sisi Allah adalah karena taqwanya, bukan karena jumlahnya”
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
لَيْسَ
لأَحَدٍ عَلَى أَحَدٍ فَضْلٌ إِلاَّ بِالدِّيْنِ أَوْ عَمَلٍ صَالِحٍ. (رواه
البيهقي).
“Tidaklah
seseorang mempunyai keutamaan atas orang lain, kecuali karena diinnya atau amal
shalih.”
Hadirin
Sidang Jum’ah rahimakumullah,,,
Saat ini, kehidupan manusia telah berkembang dengan pesat dalam segala aspeknya. Dari segi jumlah mencapai milyaran, dari sisi penyebaran, ratusan bangsa bahkan ribuan suku yang masing-masing mengembangkan diri sesuai potensi yang bisa dikem-bangkan. Darinya pula muncul beragam bahasa, adat istiadat, budaya dan lain-lain, termasuk teknologi yang mereka temukan. Namun, kalau kita renungkan semua itu adalah untuk jasmani kita (saja) agar hidup kita dalam keadaan sehat, tercukupi kebutuhan materi, tidak saling mengganggu, aman tentram dalam mengemban persoalan kehidupan. Inilah tuntutan “kasat mata” hidup seorang manusia.
Saat ini, kehidupan manusia telah berkembang dengan pesat dalam segala aspeknya. Dari segi jumlah mencapai milyaran, dari sisi penyebaran, ratusan bangsa bahkan ribuan suku yang masing-masing mengembangkan diri sesuai potensi yang bisa dikem-bangkan. Darinya pula muncul beragam bahasa, adat istiadat, budaya dan lain-lain, termasuk teknologi yang mereka temukan. Namun, kalau kita renungkan semua itu adalah untuk jasmani kita (saja) agar hidup kita dalam keadaan sehat, tercukupi kebutuhan materi, tidak saling mengganggu, aman tentram dalam mengemban persoalan kehidupan. Inilah tuntutan “kasat mata” hidup seorang manusia.
Sidang Jum’ah rahimakumullah ...
Tak pelak dari perkembangan tersebut menimbulkan rasa gembira, puas, bangga, bahkan lebih dari itu, yakni sombong. Sebagai contoh, negara yang maju, kuat merasa lebih baik dan harus diikuti (baca: ditakuti) oleh negara yang lain. Orang kaya merasa lebih baik dari yang miskin, orang yang mempunyai jabatan dan kedudukan (tertentu yang lebih tinggi) merasa lebih baik dan pantas untuk diikuti oleh yang lain dalam segala tuntutannya. Bahkan kadang-kadang, orang yang ditakdirkan Allah mempunyai “kelebihan” dari orang yang ditakdirkan “kekurangan” itu menyu-ruh (memaksa)-nya untuk mengerjakan hal-hal yang menyalahi ajaran agama Allah.
Tak pelak dari perkembangan tersebut menimbulkan rasa gembira, puas, bangga, bahkan lebih dari itu, yakni sombong. Sebagai contoh, negara yang maju, kuat merasa lebih baik dan harus diikuti (baca: ditakuti) oleh negara yang lain. Orang kaya merasa lebih baik dari yang miskin, orang yang mempunyai jabatan dan kedudukan (tertentu yang lebih tinggi) merasa lebih baik dan pantas untuk diikuti oleh yang lain dalam segala tuntutannya. Bahkan kadang-kadang, orang yang ditakdirkan Allah mempunyai “kelebihan” dari orang yang ditakdirkan “kekurangan” itu menyu-ruh (memaksa)-nya untuk mengerjakan hal-hal yang menyalahi ajaran agama Allah.
Ma’asyiral
Muslimin, Jama’ah Jum’ah rahikumullah ...
Begitulah kecenderungan manusia dalam memenuhi hasrat hidupnya, kadang (atau bahkan sering) tidak mempedulikan perintah atau larangan Allah. Padahal dari aturan agama inilah manusia diuji oleh Allah-menjadi hamba yang taat atau maksiat. Itulah parameter yang pada saatnya nanti akan dimintai pertanggung-jawabannya.
Begitulah kecenderungan manusia dalam memenuhi hasrat hidupnya, kadang (atau bahkan sering) tidak mempedulikan perintah atau larangan Allah. Padahal dari aturan agama inilah manusia diuji oleh Allah-menjadi hamba yang taat atau maksiat. Itulah parameter yang pada saatnya nanti akan dimintai pertanggung-jawabannya.
Tetapi
sekali lagi, karena tipisnya ikatan manusia dengan syariat Allah, manusia
banyak yang tidak menghiraukan halal atau haram, karena memang manusia “tidak
punyak hak” untuk menghalalkan atau mengharamkan sesuatu, kecuali kembali
kepada syariat agama Allah. Karena minimnya ilmu syar’i itulah yang menyebabkan
banyak manusia terjerembab ke lembah kedurhakaan dan jatuh ke lumpur dosa.
Bahkan tidak menutup kemungkinan, para pelakunya tidak merasa berbuat dosa,
atau malah bangga dengan “amal dosa” itu, na’udzubillah.
Renungkanlah syair seorang tabi’in Abdullah Ibnul Mubarak:
Renungkanlah syair seorang tabi’in Abdullah Ibnul Mubarak:
رَأَيْتُ
الذُّنُوْبَ تُمِيْتُ الْقُلُوْبَ وَيُوْرِثُكَ الذُّلَ اِدْمَانُهَا، وَتَرْكُ
الذُّنُوْبِ حَيَاةُ الْقُلُوْبِ وَخَيْرٌ لِنَفْسِكَ عِصْيَانُهَا.
“Aku
lihat perbuatan dosa itu mematikan hati, membiasakannya akan mendatangkan
kehinaan. Sedang meninggalkan dosa itu menghidupkan hati, dan baik bagi
diri(mu) bila meninggalkannya”
Prestasi
manakah yang akan kita ukir? Prestasi barrun, taqiyyun, karimun (baik, taqwa,
mulia!) Ataukah prestasi fajirun, syaqiyun, Dzalilun (ahli maksiat, celaka,
hina) Dalam hal mana? Yaitu sejauh mana kita menyikapi ajaran Allah dan
RasulNya. Perhatikanlah wasiat Imam Al-Hasan Al-Bashri berkata:
أَيُّهَا
النَّاُس إِنَّمَا أَنْتَ أَيَّامٌ، كُلَّمَا ذَهَبَ يَوْمٌ ذَهَبَ بَعْضُكَ.
“Wahai
manusia, ketahuilah bahwasanya engkau adalah (kumpulan) hari-hari, setiap ada
sehari yang berlalu, maka hilanglah sebagian dari dirimu.”
Ma’asyiral
muslimin, jama’ah Jum’ah rahimakumullah ..
·
Sudah berapa umur kita yang berlalu begitu saja ..
·
Sudah berapa amal taat yang telah kita kumpulkan sebagai
investasi di sisi Allah ..
·
Sudah berapa pula, amal maksiat yang telah kita lakukan yang
menyebabkan kita (nantinya) terseret kedalam Neraka ..
Marilah,
segera bertobat untuk ‘mengukir” dengan amal taat terhadap Allah dan Rasulnya.
Umat Islam (termasuk saya dan jama’ah sekalian) telah diberi hidayah berupa Al-Qur’an (dan As-Sunnah). Selanjutnya tinggal bagaimana umat Islam menerjemahkan dalam kehidupan sehari-hari. Apakah kita termasuk zhalimun linafsih, muqtashid, atau saabiqun bil khairat bi idznillah.
Dalam tafsirnya, Al-Hafizh Ibnu Katsir memberikan pengertiannya masing-masing sebagai berikut:
Umat Islam (termasuk saya dan jama’ah sekalian) telah diberi hidayah berupa Al-Qur’an (dan As-Sunnah). Selanjutnya tinggal bagaimana umat Islam menerjemahkan dalam kehidupan sehari-hari. Apakah kita termasuk zhalimun linafsih, muqtashid, atau saabiqun bil khairat bi idznillah.
Dalam tafsirnya, Al-Hafizh Ibnu Katsir memberikan pengertiannya masing-masing sebagai berikut:
·
Zhalimun linafsihi: Orang yang enggan mengerjakan kewajiban
(syariat) tetapi banyak melanggar apa yang Allah haramkan (yang dilarang)
·
Muqtashid: Orang yang menunaikan kewajiban, meninggalkan yang
diharamkan, kadang meninggalkan yang sunnah dan mengerjakan yang makruh.
·
Sabiqun bil khairat: Orang yang mengerjakan kewajiban dan
yang sunnah, serta meninggalkan yang haram dan makruh, bahkan meninggalkan
sebagian yang mubah (karena wara’nya)
Tak
seorang pun di antara kita yang bercita-cita untuk mendekam dalam penjara.
Apalagi penjara Allah yang berupa siksa api Neraka yang bahan bakarnya dari
manusia dan bebatuan. Tetapi semua itu terpulang kepada kita masing-masing.
Kalau kita tidak mempedulikan syari’at Allah, tidak mustahil kita akan mendekam
di dalamnya. Na’udzu billah.
Itulah ujian Allah kepada kita, sebagaimana sabda Rasul SAW.
Itulah ujian Allah kepada kita, sebagaimana sabda Rasul SAW.
حُفَّتِ
الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ.
“(Jalan)
menuju Jannah itu penuh dengan sesuatu yang tidak disukai manusia, dan (jalan)
Neraka itu dilingkupi sesuatu yang disukai oleh syahwat”
Semoga Allah mengumpulkan kita dalam umatNya yang terbaik dan terjauhkan dari ketergelinciran ke dalam jurang kemaksiatan. Amin
Semoga Allah mengumpulkan kita dalam umatNya yang terbaik dan terjauhkan dari ketergelinciran ke dalam jurang kemaksiatan. Amin
0 komentar :
Posting Komentar