Kenapa Bukan Ayah Saja Yang Meninggal…?
MENGAPA BUKAN
AYAH SAJA YANG MENINGGAL?
(Kisah anak yg
menyadarkan kealpaan ayahnya…subhanallah!)
Ia masih bocah, masih
duduk di bangku kelas 3 SD. Pada suatu hari ustadz di kelasnya memotivasi para
siswa untuk menjaga shalat jamaah shubuh. Bagi si anak, Shubuh merupakan
sesuatu yg sulit bagi sang bocah,Namun sang bocah telah bertekad untuk
menjalankan shalat shubuh di masjid.
Lalu dengan cara
bagaimana anak ini memulainya?
Dibangunkan ayah?
ibu? dengan alarm?…
Bukan!
Sang anak nekat tak
tidur semalaman lantaran takut bangun kesiangan. Semalaman anak begadang,
hingga tatkala adzan berkumadang, iapun ingin segera keluar menuju masjid.
Tapi…
Tatkala ia membuka
pintu rumahnya suasana sangat gelap, pekat, sunyi, senyap…
Membuat nyalinya
menjadi ciut.
Tahukah Anda, apa yg
ia lakukan kemudian?
Tatkala itu, sang
bocah mendengar langkah kaki kecil dan pelan, dengan diiringi suara tongkat
memukul tanah…
Ya…
Ada kakek-kakek
berjalan dengan tongkatnya. Sang bocah yakin, kakek itu sedang berjalan menuju
masjid, maka ia mengikuti di belakangnya, tanpa sepengetahuan sang kakek.
Begitupula cara ia
pulang dari masjid.
Bocah itu menjadikan
perbuatannya itu sebagai kebiasaan begadang malam, shalat shubuh mengikuti
kakek-kakek. Dan ia tidur setelah shubuh hingga menjelang sekolah. Tak ada org
tuanya yg tahu, selain hanya melihat sang bocah lebih banyak tidur di siang
hari daripada bermain.
Semuanya dilakukan
sang bocah agar ia bisa begadang malam.
Hingga suatu kali…
Terdengar kabar olehnya,
kakek2 itu meninggal. Sontak, si bocah menangis sesenggukan….
Sang ayah heran…”
Mengapa kamu
menangis, nak? Ia bukan kakekmu…bukan siapa-siapa kamu!”
Saat si ayah mengorek
sebabnya, sang bocah justru berkata,
“kenapa bukan ayah
saja yang meninggal?”
“A’udzu billah…,
kenapa kamu berbicara seperti itu?” kata sang ayah heran.
Si bocah berkata,
“Mendingan ayah saja
yang meninggal, karena ayah tidak pernah membangunkan aku shalat Shubuh, dan
mengajakkku ke masjid. ..
Sementara kakek itu….
setiap pagi saya bisa
berjalan di belakangnya untuk shalat jamaah Shubuh.”
ALLAHU AKBAR!
Menjadi kelu lidah
sang ayah, hingga tak kuat menahan tangisnya.
Kata-kata anak
tersebut mampu merubah sikap dan pandangan sang ayah, hingga membuat sang ayah
sadar sebagai pendidik dari anaknya, dan lebih dari itu sebagai hamba dari
Pencipta-Nya yang semestinya taat menjalankan perintah-Nya.
Akhirnya sang ayah
rajin shalat berjamaah karena dakwah dari anaknya…
“Rabbanaa hablanaa
min azwaajinaa wadzurriyyaatinaa qurrata a’yuniw-waj’alnaa lil-muttaqiina
imaamaa..”
0 komentar :
Posting Komentar